Rabu, 06 April 2011

Melakukan Bagian Kita

II Raja-raja 20:5
"Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN."
 
Mazmur 17; Matius 17; Kejadian 33-34

Suatu waktu ada sebuah perlombaan lari yang berlangsung dengan sangat meriahnya. Setiap peserta berusaha untuk mendahului lawan yang ada di samping kanan maupun kirinya. Namun, ada sebuah pemandangan yang tidak lazim dimana ada seorang pelari yang mulutnya sedang komat-kamit sesaat sebelum ia melewati garis akhir.

Ketika ia sedang beristirahat sejenak karena baru saja menyelesaikan pertandingan, datanglah salah seorang penonton pertandingan. Pria itu pun menanyakan mengenai apa yang dilihatnya. "saya berdoa," jawab pelari tersebut. Sambil menunjuk ke arah kakinya, ia pun berkata, "Saya katakan, ‘Angkatlah kaki ini Tuhan, dan aku akan menurunkannya." Rupanya pelari itu berdoa memohon bantuan Allah, tetapi ia juga melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menjawab doanya itu.

Apabila kita memohon pertolongan kepada Allah, janganlah hal itu menjadikan kita diam dan tidak berbuat apa-apa. Justru, adanya bantuan dari Yang Maha Tinggi, kita harus melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Ketika Hizkia mendengar bahwa ia akan mati, ia kemudian berdoa memohon mukjizat, dan Allah berjanji untuk memperpanjang hidupnya lima belas tahun lagi. Kemudian Yesaya memerintahkan untuk menaruh kue ara pada barah (II Raja-raja 20:5-7). Allah memberikan kesembuhan, tetapi menggunakan usaha manusia dan sarana-sarana alami.

Suatu pagi, ada dua rekan kerja pergi ke kantor. Tiba-tiba mereka sadar bahwa apabila mereka tidak bergegas, maka mereka akan terlambat. Salah satu dari mereka mengajak berhenti sejenak dan berdoa supaya mereka tidak terlambat masuk kantor. "Tidak," jawab yang satunya. "Mari kita berdoa sambil berjalan menuju halte".

Jadi, camkanlah hal ini, yakni apabila kita memohon kepada Allah agar Dia mengerjakan sesuatu yang besar bagi kita, maka kita pun harus siap untuk melakukan bagian kita.

Formula cara kerja mukjizat adalah campur tangan Allah ditambah sedikit usaha manusia. Mudah bukan?

Sumber: Renungan Harian Online

Wanita Ciptaan Tuhan

Ketika Aku menciptakan langit dan bumi. Aku berfirman dan jadilah.

Ketika Aku menciptakan pria, Aku membentuknya dan meniupkan nafas kehidupan ke lubang hidungnya.

Tetapi engkau, wanita, Aku menghiasmu setelah aku meniupkan nafas kehidupan ke pria karena lubang hidungmu terlalu lembut.

Aku membiarkan pria tertidur dengan nyenyak sehingga Aku dapat dengan sabar dan sempurna membentuk engkau. Aku membuat pria tertidur supaya dia tidak dapat mencampuri.

Dari satu tulang, Aku menghiasmu. Aku memilih tulang yang melindungi kehidupan pria. Aku memilih tulang rusuk, yang melindungi jantung dan paru-paru dan mendukungnya, sebagaimana begitui juga harus kamu lakukan. Dari satu tulang ini, Aku membentukmu dengan sempurna dan cantik.

Sifatmu adalah seperti tulang rusuk, kuat tetapi lembut dan mudah patah. Engkau menyediakan perlindungan untuk organ paling lembut dari pria, hati dan jantungnya. Jantungnya adalah pusat dari kehidupannya, paru-parunya menggenggam nafas kehidupan.

Tulang rusuk akan membiarkan dirinya patah sebelum ia mengijinkan kerusakan terjadi pada jantung. Dukunglah pria sebagaimana tulang rusuk melindungi tubuhnya.

Engkau tidak diambil dari kakinya untuk menjadi alasnya, tidak juga diambil dari kepalanya untuk menjadi atasannya.

Engkau diambil dari sisinya, untuk berdiri di sebelahnya dan dipeluk dengan erat. Engkau adalah malaikat-Ku yang sempurna.

Engkau adalah gadis kecilku yang cantik. Engkau telah tumbuh menjadi wanita yang sempurna, dan mata-Ku terpuaskan ketika aku melihat hatimu.

Matamu -- jangan mengubahnya. Bibirmu sangat cantik ketika mengucapkan doa. Hidungmu sangat sempurna dalam bentuk. Tanganmu sangat lembut untuk disentuh. Aku telah memberi perhatian pada wajahmu saat engkau tertidur. Aku menggenggam hatimu dekat dengan-Ku. Dari semua yang hidup dan bernafas, engkau adalah yang
paling mirip dengan Aku.

Pria berjalan bersamaku di hari yang dingin dan dia kesepian. Dia tidak dapat melihat ataupun menyentuh-Ku. Dia hanya dapat merasakan-Ku. Jadi semua yang Aku ingin Pria berbagi denganku, aku membentuknya di dalam kamu.

Kekuatan-Ku, kemurnian-Ku, cinta-Ku, perlindungan-Ku dan dukungan-Ku. Engkau adalah istimewa karena engkau adalah perpanjangan tangan-Ku.

Jadi

Pria - perlakukan wanita dengan baik. Cintailah dia, hormatilah dia, karena ia lembut. Menyakitinya, berarti engkau menyakiti-Ku. Apa yang engkau lakukan kepadanya, engkau melakukan-nya kepada-Ku. Jika engkau menghancurkannya, engkau hanya menghancurkan hatimu sendiri, hati Bapa-mu....yang juga hati Bapa-nya.

Wanita, dukunglah pria. Dalam kesederhanaan, tunjukkan kepadanya kekuatan perasaan yang telah Kuberikan kepadamu. Dalam kesunyian, tunjukkan kekuatanmu. Dalam cinta, tunjukkan kepadanya bahwa engkau adalah tulang rusuknya yang melindungi tubuhnya. (Anonim)

KASIH

Kata benda “kasih” dan “kasih karunia”  (terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia) secara bergantian dipadankan dengan kata Ibrani “khen” (khet-sere-nun) dan “tekhinnah” (tet-shewa-khet-hiriq-nun-qames-he). Sedangkan bentuk kata kerja “mengasihani” dipadankan dengan kata Ibrani “khanan” (khet-qames-nun-patah-nun).
Ketiga kata Ibrani tersebut berasal dari akar kata yang sama, yaitu “khet-nun”. Dalam piktogram Ibrani kuno, huruf “khet” adalah sebuah gambar dinding tenda yang berfungsi sebagai pelindung. Sedangkan huruf “nun” adalah sebuah gambar benih, yang berarti “melanjutkan”. Kombinasi dua gambar tersebut dapat berarti “dinding berlanjut” atau “pelindung yang berlanjut”.
Sebagaimana pola pikir Ibrani, konsep “kasih karunia” bukanlah konsep abstrak yang berdiri sendiri. Konsep ini dibangun dari sesuatu yang konkret, yang dapat dikenali dari indera kita. Bagaimana orang Ibrani kuno mengenal konsep “kasih karunia” ini? Ternyata, konsep ini berhubungan dengan pola mereka membangun perkemahan. 
Perkemahan para pengembara Ibrani terdiri dari banyak tenda. Mereka membentuk kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok merupakan perkemahan keluarga (kaum) dan bisa terdiri dari kurang lebih 50 tenda.   Tenda-tenda tersebut mereka dirikan secara melingkar. Sehingga, dinding tenda-tenda tersebut seperti berlanjut: satu dinding dari satu tenda dilanjutkan dengan satu dinding dari suatu tenda yang lain yang membentuk lingkaran. Dinding tenda seperti inilah yang disebut “dinding berlanjut”.
Di dalam dinding perkemahan seperti itulah kaum keluarga tinggal dan menjalani kehidupan mereka. Sebagaimana fungsi dinding tenda adalah pelindung bagi orang-orang yang ada di dalam tenda itu, maka makna “kasih” berhubungan dengan perlindungan yang tidak putus-putus bagi orang-orang yang ada di balik dinding itu. Mereka dapat merasakan dan mengalami kebebasan, kasih, dan keindahan hidup di dalam tenda.
Nubuatan PL dan Penggenapan PB
Kata “kasih karunia” dalam Yeremia 31: 2 (LAI) diterjemahkan dari kata Ibrani “khen”. Suatu perlindungan yang tak putus-putus diberikan Allah kepada bangsa Israel dan Yehuda. Kasih yang demikian itu dinyatakan sebagai nubuat perjanjian baru Allah (Yeremia 31:31-34).
Apakah nubuat seperti itu disampaikan ketika Israel dan Yehuda memiliki ketaatan kepada Allah? Jawabnya: tidak! Hampir separuh dari kitab Yeremia menubuatkan kehancuran Yehuda, karena pemberontakan mereka. Seluruh waktu  kenabian Yeremia dipakai Allah untuk memperingatkan Yehuda, tapi mereka tidak mau bertobat. (Akhirnya kehancuran terakhir seluruh kerajaan Yehuda terjadi tahun 586 SM karena serangan Babel).
Bayangkan betapa bermurah hatinya Allah! Di tengah pemberontakan Yehuda dan nubuatan hukuman terhadap bangsa itu, Allah pun menyampaikan firmanNya melalui sang nabi, bahwa akan ada perjanjian baru Allah. Perjanjian baru itu menyangkut “perlindungan yang tak putus-putus dari Allah”.
Dalam PB perjanjian baru itu telah digenapi Allah melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus (Lukas 22:20) dan berlaku bagi umat perjanjian baru Allah (Ibrani 8:8-13).  Puncak dari “kasih karunia” (“khen”) itu adalah keselamatan Israel rohani dengan dihapuskannya dosa umat perjanjian Allah (Roma 11:27).
Sudahkah saya dan Anda menikmati “perlindungan yang tak putus-putus dari Allah” itu? Hanya percaya kepada Tuhan Yesus kita akan menikmati perlindunganNya yang bersifat kekal.